Selasa, 30 Desember 2014


Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua sebagai insan yang senantiasa ingin menyempurnakan budi pekerti dalam mencapai derajat yang tinggi di sisi-Nya, karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudulPotensi Positif Atas Manusia”, untuk memenuhi kebutuhan mata kuliah Tafsir Dakwah.
Kami  mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. H. Hasbullah Diman, M.A dan Zulkifli, A.H, S. Pd, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Dakwah, yang sangat membantu dan memberikan bimbingan, sehingga makalah ini tersusun.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu penyempurnaan lagi. Untuk itu, kami sangat mengharapkan bantuan kritik dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.





Pontianak, 15 Desember  2014


                                                                                                            Penyusun







Membahas tentang sesutu hal yang berhubungan dengan manusia tidak akan  ada habis-habisnya didiskusikan. Aliran humanistik yang menganggap bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi-potensi yang baik, minimal le-bih banyak baiknya daripada buruknya karena aliran ini memandang manusia sebagai makhluk yang otoritas atas kehidupannya sendiri. Islam memandang manusia tidk bersifat Deterministik. Akan tetapi islam memberikan kemuliaan kepada manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Manusia juga memiliki bentuk yang terbaik dari seluruh makhluknya dan mempunyai kekuasaan utnuk merubah sendiri kondisi dirinya. Manusia dijadikan Allah sebagai khalifah di bumi. Manusia sebagai makhluk terbaik.Manusia sebagai makhluk perubah. Manusia memiliki kesadaran moral. Keberadaan manusia di muka bumi bukan-lah ada dengan sendirinya. Manusia diciptakan Allah dengan dibekali potensi dan infrastruktur yang unik. Keunikan dan kesempurnaan bentuk manusia bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi juga dari karakter dan sifatnya. 
1.      Apa pengertian manusia ?
2.      Apa pengertian potensi atas manusia ?
3.      Apa saja potensi – potensi yang terdapat atas manusia ?





A. Pengertian Manusia                          
Ada tiga kata yang digunakan Al Quran untuk menunjuk kepada manusia. Menggunakan kata yang terdiri dari huruf Alif, nun, dan sin semacam insan, ins, nas, atau unas. Menggunakan kata basyar, bani adam, dan zurriyah adam.
Uraian tersebut mengarahkan pandangan secara khusus kepada kata basyar, dan kata insan.  Kata basyar yang terambil akar kata yang pada mulanya penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit, manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. (M. Quraish Syihab, 2013 : 367).
Bukan hanya itu kata basyar yang digunakan dalam al-Qur’an juga bermaksud untuk memberikan makna proses kejadian manusia sebagai basyar ini  melalui tahap-tahap. Dalam hal ini dipertegas dalam Al-Qur’an surah Al-Rum ayat 20 yang  berbunyi :
ومن ايته ان خلقكم من تراب ثم اذا انتم تنتشرون
“Dan diantara kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu dari tanah, dan kemudian kamu menjadi basyar kamu bertebaran.” Dari ini dapat diambil kesimpulan bahwa basyar ini melalui tahap-tahap sehingga mencapai kedewasaan. Demikian terlihat basyar dikaitkan dengan dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab. Dan karena itu pula, tugas kekhalifahan dibebankan kepada basyar. Sedangkan kata insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak.


Potensi diri merupakan  kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah  terwujud yang dimiliki seseorang tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal. Sejatinya manusia memiliki berbagai macam potensi. Yang mana hal ini jelas tertera dalam ayat suci Al Qur’an tentang manusia adalah sifat-sifat dan potensi atasnya. Dalam hal ini ditemukan ayat yang memuji dan memuliakan manusia seperti pernyataan tentang terciptanya manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya (QS Al-Tin : 5) 
“sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Penegasan tentang dimuliakannya makhluk ini dibandingkan dengan kebanyakan makhluk-makhluk Allah yang lain (QS Al Isra’ : 70),
 “Dan sungguh,kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan kami angkut mereka di darat dan di laut, dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” Tetapi disamping itu sering pula manusia mendapat celaan Tuhan karena ia amat aniaya dan mengingkari nikmat
“ Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh manusia itu sangat Zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS Ibrahim : 34). Ini bukan berarti bahwa ayat-ayat Al-Qur’an bertentangan satu dengan yang lain akan tetapi ayat-ayat tersebut menunjukkan beberapa kelemahan manusia yang harus dihindarinya. Disamping menunjukkan bahwa makhluk ini mempunyai potensi atas dirinya untuk menempati tempat tertinggi sehinga ia terpuji atau berada di tempat yang rendah sehingga ia tercela. Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan setelah sempurna kejadiannya dihembuskanlah kepadanya ruh Ilahi (QS Shad : 71-72). Hal ini jelas bahwa manusia merupakan kesatuan dua unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan karena bila dipisahkan maka ia bukan manusia lagi. (M. Quraish Syihab, 2013 : 372).
Potensi atas manusia dijelaskan oleh Al-Qur’an antara lain melalui kisah Adam dan Hawa yang sebetulnya kisah ini dari ayat 30 sampai 39. Namun penulis hanya menuliskan sedikit ayat permulaannya. (QS Al-Baqarah : 30).
 Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sebelum kejadian Adam Allah telah merencanakan agar manusia memikul tanggung jawab kekhalifahan di bumi. Mausia dipilih oleh Allah sebagai khalifah di bumi karena manusia memiliki berbagai potensi.  Di samping tanah atau jasmani dan Ruh Ilahi atau akal dan Ruhani makhluk ini dianugerahi pula :
1.      Potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda-benda alam.
2.      Pengalaman hidup di surga, baik yang berkaitan dengan kecukupan dan kenikmatannya, maupun rayuan iblis dan akibat buruknya.
3.      Petunjuk-petunjuk keagamaan. (M. Quraish Syihab, 2013 : 373).








Manusia memiliki potensi diri yang dapat dibedakan menjadi 5 macam yakni :
·         Potensi Fisik
Potensi ini dapat digunakan sesuai fungsinya untuk saling membagi kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
·         Potensi Mental Intelektual
Potensi ini adalah kecerdasan yang terdapat di otak manusia terutama otak bagian kiri. Fungsi dari potensi untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.
·         Potensi Sosial Emotional
Potensi ini sama dengan potensi mental intelektual tetapi potensi in terdapat pada otak bagian kanan. Fungsinya untuk bertanggung jawab, mengendalikan amarah, motivasi dan kesadaran diri.
·         Potensi Mental Spiritual
Potensi ini merupakan potensi kecerdasan yang berasal dari dalam diri manusia yang berhubungan dengan kesadaran jiwa bukan hanya untuk mengetahui norma, tapi menemukan norma.
·         Potensi Daya juang
Secara tegas Al-Qur’an mengemukakan bahwa manusia pertama diciptakan dari tanah dan Nur Ilahi melalui proses yang tidak dijelaskan rinciannya. Isyarat yang menyangkut unsur immaterial ditemukan antara lain dalam uraian tentang sifat-sifat manusia dan dari uraian tentang fitrah, nafs, qalb, dan ruh yang menghiasi manusia.
Ø  Fitrah
Kata fitrah diambil dari kata al fathra yang berarti belahan dan dari makna ini lahir makna-makna yang lain seperti penciptaan dan kejadian. Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak lahir. Dalam Al-Qur’an kata ini dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 28 kali, 14 diantaranya membahas tentang penciptaan manusia baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah manusia. Ditemukan sekali yakni pada surah Al-Rum ayat 30.
Merujuk kepada fitrah yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia sejak asal kejadiannya membawa potensi beragama yang lurus dan dipahami oleh para Ulama sebagai Tauhid. Dan dapat dipahami juga bahwa fitrah adalah bagian dari penciptaan Allah. Jika kita memahami kata La pada ayat tersebut dalam arti tidak ini berarti bahwa seseorang tidak dapat menghindar dari fitrah tersebut. Dalam konteks ayat ini berarti bahwa fitrah keagamaan akan melekat pada diri manusia untuk selama-lamanya. Tetapi apakah fitrah manusia hanya terbatas pada fitrah keagamaan ? jelas tidak. Bukan karena redaksi ayat ini tidak dalam bentuk pembahasan tetapi karena masih ada ayat-ayat lain yang membicarakan tentang penciptaan potensi atas manusia walaupun tidak menggunakan kata fitrah. (QS Ali Imran : 14).
Oleh karena itu tepat sekali kesimpulan Muhammad bin Asyur dalam tafsirnya tentang surah Ar-Rum ayat 30 yang menyatakan bahwa :
“fitrah adalah bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya serta ruh nya.”
Ø  Nafs
Secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks manusia, merujuk kepada sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk. Dalam pandangan Al Quran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al Quran dianjurkan untuk diberi perhatian yang besar. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS Asy Syams : 7-8 yang berbunyi :
“ Demi nafs serta penyempurnaan ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketaqwaan “ .
Mengilhamkan berarti memberi potensi agar manusia melalui nafs dapat menangkap makna yang baik dan buruk. Menurut Al Quran dengan terminologi kaum sufi oleh Al Qusyairi dalam risalahnya mengatakan bahwa “ Nafs dalam pengertian kaum sufi adalah sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan perilaku buruk ” . Walaupun Al Quran menegaskan bahwa nafs berpotensi kepada hal yang positif dan negatif, diperoleh pula bahwa pada hakikatnya potensi positif manusia ebih kuat dari potensi negatifnya, hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat daripada daya tarik kebaikan. Karena itu manusia dituntut untuk memelihara kesucian nafs dan tidak mengotorinya sesuai dengan firman Allah QS Asy-Syams : 9 – 10 yang berbunyi :
“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikannya dan merugilah orang-orang yang mengotorinya “. ( M Quraish Syihab, 2013 : 378 )
Berbicara kecendrungan kepada kebaikan lebih kuat dipahami dari isyarat beberapa ayat, anta lain firman Allah dalm QS Al Baqarah : 286 yang berbunyi :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Nafs memperoleh ganjaran dari apa yang di usahaknnya, dan memperoleh siksa dari apa yang diusahakannya “.
Kata kasabat dalam penggalan ayat di atas merujuk kepada usaha baik memperoleh ganjaran dan unutk menggmbarkan pekerjaan yang dilakukan dengan mudah, sedangkan iktasabat sesuatu yang digunakan untuk menunjuk kepada hal yag sulit lagi berat. Menurut Muhammad Abduh, mengisyaratkan bahwa nafs pada hakikatnya lebih mudah melakukan hal-hal yang baik daripada melakukan kejahatan, dan pada gilirannya mengisyaratkan bahwa manusia pada dasarnya diciptakan Allah untuk melakukan kebaikan. Ayat lain yang sejalan dengan isyarat tersebut dalam QS Al Infithar : 6-7 yang berbunyi :
“ Wahai manusia ! Apa yang memperdayaknmu ( berbuat dosa ) terhadap Tuhanmu yang telah menciptakan engkau, menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan engkau “ Adil “ (Seimbang atau cenderung kepada keadilan) “ .
Kata “ menjadikan engkau adil “ dipahami sebagai kecendrungan berbuat adil. Karena dengan pemahaman seperti ini, menjadi amat lurus kecaman Allah terhadap manusia yang mendurhakainya. (M Quraish Syihab, 2013 : 379)
Apa yang ada dalam nafs  dapat juga muncul dalam mimpi, oleh Al Quran pada garis besar di bagi menjadi dua pokok. Dan dalam wadah nafs terdapat Qalb.
Ø  Qalb
Qalb amat berpotensi untuk tidak konsisten. Al Quran menggambarkn demikian, ada yang baik dan ada pila sebaliknya.
Qalb disini tidak di maknai sebagai hati yang ada pada mansia. Qalb lebi mengarah kepada aktivitas rasa yag bolak balk kadang susah kadang seanang kadang setuju dan kadang menolak. Qalb berhubungan dengan keimanan. Merupakan wadah dari rasa takut, cinta kasih , sayang dan keimanan. Karena Qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor maupun bersih.
Membersihkan Qalbu adalah salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan. ( M Quraish Syihba , 2013 : 384 )
 Al Quran juga menegaskan bahwa Allah dapat mendinding manusia dengan kalbunya dalam QS Al Anfal : 24 yang berbunyi :
“ Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mendinding antara manusia dan hatinya “
Salah satu makna ayat ini aadalah bahwa Allah menguasai qalbu manusia, sehingga mereka yag merasakan kegundahan dan kesulitan dapat bermohon kepada Allah untuk menghilangkan kerisauan dan penyakit Qalbu yang dideritanya.
Ø  Akal
Manusia memiliki poetnsi akal yang dapat menyusun konsep-konsep, mengembangkan dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini manusia dapat melaksanaan tugas-tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi.
Al Quran menggnakannya bagi sesuatu yag mengikat atau mengahlangi seseorang terjerumus dalam kesalahan dan dosa. Al Quran tidak menjelaskan secara eksplisit, namun dari konteks ayat-ayat yang menggunakan akar kata aql dapat di pahami bahwa :
·         Daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu sesuai dengan QS Al Ankabut : 43 yang berbunyi :
“ Demikian itulah perumpamaan-perumpaman yang Kami berikan kepada manusia, tetapi tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang alim ( berpengetahan ) “.
·         Dorongan moral , firman Allah QS Al An’am : 151 :
“ dan jangan lah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik yang tampak atau yang tersembunyi, dan jangan lah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah dengan sebab yang benar. Demikian itu diwasiatkan Tuhan kepadamu, semoga kamu memiliki dorongan moral untuk meninggalkannya “ .
·         Daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah
Ø  Ruh
Manusia memiliki ruh. Ada uyang mengatakan bahwa ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara yang lain mengatakan bahwa ruh pada manusia sebagai dukungan. Soal ruh ini memang bukan urusan manusia karena manusia memiliki sedikit ilmu pengetahuan.Berbicara tentang ruh, Al Quran mengingatkan kita akan firmannya dalam QS Al Isra : 85 yang berbunyi :
“ Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah : Ruh adalah urusan Tuhan Ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit “ .
Yang menambah sulitnya persoalan adalah bahwa kata ruh terulang 24 kali dengan konteks yang berbeda-beda  dan berbagai makna. Kata ruh yang dikaitkan dengan manusia juga dalam konteks yang bermacam-macam.
Ruh adalah himpunan yang terorganisasi , yang saling mengenal akan bergabung dan yang tidak saling mengenal akan berselisih. ( M Quraish Syihab, 2013 : 386 )




Yang banyak di bicarakan dalam Al Quran adalah membahas tentang manusia berupa sifat dan potensinya.Ditemukan ayat yang meuji tentang kedudukan dan terciptanya manusia dalam bentuk yang sebaik – baiknya, Manusia merupakan makhluk yang dimuliakan diantara makhluk – makhluk yang lain . Potensi diri ini merupakan keuata , kemampuan baik yang terwujud ataupun yang belum terwujud yang dimiliki seseorang walaupun belum sepenuhnya digunakan secara maksimal. Manusia memiliki 5 macam potensi yakni potensi fisik, potensi mental intelektual, potensi sosial emosional, potensi mental spiritual dan potensi daya juang. Sedangkan potensi atas manusia menurut islam yakni potensi fitrah. Nafs, Qalb, ruh , dan Akal.
Sejatinya manusia memiliki berbagai macam potensi. Yang mana hal ini jelas tertera dalam ayat suci Al Qur’an tentang manusia adalah sifat-sifat dan potensinya. Dalam hal ini ditemukan ayat yang memuji dan memuliakan manusia seperti pernyataan tentang terciptanya manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya (QS Al-Tin : 5), penegasan tentang dimuliakannya makhluk ini dibandingkan dengan kebamyakan makhluk-makhluk Allah yang lain (QS Al Isra’ : 70), tetapi disamping itu sering pula manusia mendapat celaan Tuhan karena ia amat aniaya dan mengingkari nikmat (QS Ibrahim : 34). Ini ukan beararti bahwa ayat-ayat Al-Qur’an bertentangan satu dengan yang lain akan tetapi ayat-ayat tersebut menunjukkan beberapa kelemahan manusia yang harus dihindarinya. Disamping menunjukkan bahwa makhluk ini mempunyai potensi untuk menempati tempat tertinggi sehinga ia terpuji atau berada di tempat yang rendah sehingga ia tercela. Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan setelah sempurna kejadiannya dihembuskanlah kepadanya ruh Ilahi (QS Shad : 71-72). Hal ini jelas bahwa manusia merupakan kesatuan dua unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan karena bila dipisahkan maka ia bukan manusia lagi.
Secara tegas Al-Qur’an mengemukakan bahwa manusia pertama diciptakan dari tanah dan Nur Ilahi melalui proses yang tidak dijelaskan rinciannya. Isyarat yang menyangkut unsur immaterial ditemukan antar lain dalam uraian tentang sifat-sifat manusia dan dari uraian tentang fitrah, nafs, qalb, dan ruh yang menghiasi manusia.
Ø  Fitrah
Kata fitrah diambil dari kata al fathra yang berarti belahan dan dari makna ini lahir makna-makna yang lain seperti penciptaan dan kejadian. Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak lahir.
Ø  Nafs
Dalam pandangan Al Quran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al Quran dianjurkan untuk diberi perhatian yang besar. Apa yang ada dalam nafs  dapat juga muncul dalam mimpi, oleh Al Quran pada garis besar di bagi menjadi dua pokok. Dan dalam wadah nafs terdapat Qalb.
Ø  Qalb
Qalb amat berpotensi untuk tidak konsisten. Al Quran menggambarkn demikian, ada yang baik dan ada pila sebaliknya.
Ø  Akal
Manusia memiliki poetnsi akal yang dapat menyusun konsep – konsep, mengembangkan dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini manusia dapat melaksanaan tugas – tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi.
Ø  Ruh
Manusia memiliki ruh. Ada uyang mengatakan bahwa ruh pada manusia adalah nyawa.





Muhammad Ali Ash Shabuny . 2000. Cahaya Al Quran . Jakarta : Pustaka Al kautsar
Muhammad Naib Ar Rifa’i . 1999. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta : Gema Insani
M Quraish Syihab. 2013. Wawasan Al Quran. Bandung : Mizan Media Utama. Cet I
Http.//nailasientus.blogspot.com/2013/04/makalah-tafsir=tentang-potensi-manusia.html Post Minggu,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar