BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita mengetahui bahwa ilmu kalam
adalah disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang
persoalan-persoalan kalam Tuhan. Karena ada beberapa pendapat yang mengatakan
bahwa Al-Qur’an yang selama ini kita baca dan menjadi panutan hidup umat
manusia adalah hadist Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad namun ada
pula yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah murni Qadim dari Allah semata yang
di wahyukan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril.Jika pembicaraan ilmu
kalam hanya berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus di pegang oleh umat
islam, tanpa argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk
sendiri dengan istilah ilmu tauhid. Baik ilmu kalam,filsafat, maupun tasawuf
berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya
berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dari ilmu kalam ?
2.
Apa pengertian
dari ilmu filsafat?
3.
Apa pengertian
dari ilmu tasawuf?
4.
Apa persamaan dari
ilmu kalam, filsafat dan ilmu tasawuf?
5.
Apa perbedaan
dari ilmu kalam, filsafat dan ilmu tasawuf?
6.
Bagaimana
hubungan antara ilmu kalam dengan ilmu filsafat?
7.
Bagaimana
hubungan antara ilmu kalam dengan ilmu tasawuf?
C. Tujuan
1.
Untuk memahami
pengertian dari ilmu kalam
2.
Untuk memahami
pengertian dari ilmu filsafat
3.
Untuk memahami
pengertian dari ilmu tasawuf
4.
Untuk mengetahui
persamaan dari ilmu kalam, filsafat dan ilmu tasawuf
5.
Untuk mengetahui
perbedaan dari ilmu kalam. Filsafat dan ilmu tasawuf
6.
Untuk memahami
hubungan antara ilmu kalam dengan ilmu filsafat
7.
Untuk memahami
hubungan antara ilmu kalam dengan ilmu tasawuf
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Kalam
Ilmu
kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain ushuluddin, ilmu tauhid,
Al-Fiqh Al-Akbar dan teologi Islam. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini
membahas pokok-pokok agama (Ushuluddin). Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini
membahas keesaan Allah SWT. Didalamnya dikaji pula tentang asma’ (nama-nama)
dan a’fal (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil dan jaiz. Ilmu
tauhid sebenarnya adalah ilmu yang membahas tentang keesaan Allah SWT dan
hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Al-Fiqh Al-Akbar merupakan istilah bagi Abu
Hanifah memberikan nama ilmu ini. Didalamnya dibahas tentang hal-hal yang
berkaitan dengan istilah keyakinan atau pokok-poko agama atau ilmu tauhid.
Sedangkan teologi Islam merupakan istilah lain dari ilnu kalam. Teologi merupakan
disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independen filsafat
dan ilmu pengetahuan.
Ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang
membahas tentang Dzat dan sifat-sifat Allah serta eksistensi semua yang mukmin,
mulai yang berkenaan dengan masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin
Islam. Stressing akhirnya memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis. Ilmu
kalam juga dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu mengandung
argumentasi-argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil
rasional.1
B. Pengertian Ilmu
Filsafat
Filsafat
berasal dari bahasa yunani philosophia. Yang berarti adalah cinta philia
kebijaksanaan ( sophia ). Menurut
analisis, kata ini muncul dari mulut phytagoras yang hidup diyunani kuno pada
abad ke-6 sebelum masehi. Oleh karena itu, orang yang mencintai kebijaksanaan
disebut sebagai philosophos atau filsuf. Orang yang mencintai kebijaksanaan
bukanlah orang yang sudah memiliki
1
Rosihon Anwar. Ilmu Kalam. Hal 19-20
kebijaksanaan,
melainkan orang yang terus berupaya mencari kebijaksanaan.
Tujuan
utama dari penyelidikan filosofis adalah untuk memastikan karakter tertinggi
dari realitas. Realitas adalah eksistensi yang mendasari semua yang nampak,
tetapi realitas benar-benar merupakan kualitas yang tidak dapat dilukiskan.
Kesulitan mendiskusikan pokok-pokok bahasan filsafat, sekarang menjadi nyata.
Harus berhadapan dengan alam sebagai suatu keseluruhan dan mencoba untuk menyelidiki
hakikat yang ada yang mendasari alam dimana saja, disemua waktu maupun keadaan.
Pokok bahasan filsafat begitu luas bagi seseorang bahkan bagi sekelompok orang
yang mengadakan penyelidikan secara adekuat.2
Adapun titik
temu antara agama dan filsafat adalah keduanya pada dasarnya mempunyai
kesamaan, yaitu memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai kebenaran yang
sejati. Agama yang dimaksud adalah agama samawi, yaitu agama yang diwahyukan
oleh Tuhan kepada Nabi dan Rasul-Nya. Dibalik persamaan itu terdapat perbedaan
pula. Dalam agama, ada hal-hal yang penting, misalnya Tuhan, kebijakan, baik
dan buruk, surga dan neraka, dan lainnya. yang juga diselidiki oleh filsafat
karena hal-hal tersebut ada atau paling tidak mungkin ada, karena objek
penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada.
Alasan
filsafat menerima kebenaran bukanlah kepercayaan, melainkan penyelidikan, hasil
pikiran belaka. Filsafat tidak mengingkari atau mengurangi wahyu, tetapi ia
tidak mendasarkan penyelidikannya atas wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan
penyelidikannya atas wahyu. Lapangan filsafat dan agama dalam beberapa hal
mungkin sama, tetapi dasarnya amat berlainan.3
2 H.G. Sarwar.
Filsafat Al-Qur’an. Hal 10-11
3
Abdul Rozak, Filsafat Tasawuf.
Hal 21
C. Pengertian Ilmu
Tasawuf
Secara
lughat, tasawuf berasal dari bermacam-macam kata. Menurut Hamka dalam buku
Tasawuf Modern, tasawuf berasal dari berbagai kata seperti shifa berarti “suci
bersih”, shuf berarti “bulu binatang” dan shufah yang berarti “golongan sahabat
Nabi yang memisahkan diri di suatu tempat terpencil disamping maskid Nabi”.
Apabila kita perhatikan dari bahasa Arab, maka kata tasawuf berasal dari
tasrif: tasawwaf-yatasawwafu-tasawwafun. Misalnya, tasawwafar-rajulu artinya
“seorang laki-laki sedang bertasawuf”
Dilihat dari aspek bahasa, tasawuf
adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup
sederhana, rela berkorban demi kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap
dan jiwa demikian itu pada hakikatnya merupakan akhlak yang mulia.
Kemudian, pengertian tasawuf secara
definitif, banyak dilontarkan oleh para ahli. Beberapa pengertian menurut
pemikir dan cendikiawan Muslim adalah :
1.
Tasawuf adalah
istilah khusus dari mistisisme dalam Islam. Tujuan mistisisme adaah mencari
hubungan langsung dengan Allah. Intisari mistisisme termasuk didalam tasawuf
ialah kesadaran tentang adanya komunikasi dan dialog antara manusia dengan
Allah SWT.
2.
Menurut beberapa
ahli bahasa dan sejarah dewasa ini perkataan sufi bukan berasal dari bahasa
arab, melainkan dari bahasa Yunani lama yang telah dibahasa arabkan. Yaitu
berasal dari kata theosofi yang artinya adalah ilmu ketuhanan kemudian
diucapkan dengan lidah orang Arab sehingga berubah menjadi tasawuf.4
D. Persamaan antara
Ilmu Kalam, Filsafat dan Ilmu Tasawuf
Ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
mempunyai objek kajian yang mirip. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat pun adalah
msalah ketuhahan disamping.
4
M.Sholihin. Akhlak Tasawuf. Hal 150-151
masalah
alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Objek kajian tasawuf adalah Tuhan,
yaitu upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dari aspek objeknya, ketiga
ilmu itu sama-sama membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhahan.
Argumentasi filsafat sebagaimana
ilmu kalam dibangun di atas dasar logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya
bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset
dan eksperimental). Kerelativan hasil karya logika telah menjadikan kebenaran
yang dihasilkan menjadi beragam.
Baik ilmu kalam, filsafat maupun
tasawuf bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hasil yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang
berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya menghampiri kebenaran, baik
tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau ilmu
pengetahuan karena diluar atau diatas jangkauannya) atau tentang Tuhan.
Sementara itu, ilmu tasawuf juga dengan metodenya yang tipikal berusaha menghampiri
kebenaran berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Tuhan.5
E. Perbedaan antara
Ilmu Kalam, Filsafat dan Ilmu Tasawuf
Perbedaan
diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam,
sebagai ilmu yang menggunakan logika disamping argumentasi-argumentasi naqliah
untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, sangat tampak nilai-nilai
apologinya. Ilmu kalam pada dasarnya menggunakan metode dialektika (jadaliah)
dikenal juga dengan dialog keagamaan. Sebagai sebuah keagamaan, ilmu kalam
berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui
argumen-argumen rasional. Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa ilmu ini berisi
keyakinan-keyakinan kebenaran, praktik dan pelaksanaan ajaran agama serta
pengalaman keagamaan yang dijelaskan
dengan pendekatan rasional.
5 Rosihon Anwar. Ilmu
Kalam. Hal 51-52
Sementara itu, filsafat adalah ilmu
yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya
adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan
(mengembarakan atau menelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan
integral (menyeluruh) serta universal (mengalam) tidak merasa terikat oleh
ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya yang bernama logika. Peranan
filsafat sebagaimana dikatakan oleh Socrates adalah upaya berpegang teguh pada
ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan berbagai konsep.
Berkenaan dengan keragaman kebenaran
yang dihasilkan oleh kerja logika, didalam filsafat disebut kebenaran
korespondensi. Dalam pandangan korespondesi, kebenaran adalah persesuaian
antara pernyataan fakta-fakta dengan data fakta. Dengan bahasa yang sederhana,
kebenaran adalah persesuaian antara yang ada di dalam rasio dengan kenyataan
yang sebenarnya di alam nyata. Di samping kebenaran korespondensi, di dalam
filsafat juga dikenal kebenaran koherensi. Dalam pandangan koherensi, kebenaran
adalah kesesuaian antara pertimbangan baru dengan pertimbangan yang telah
diakui kebenarannya secara umum dan permanen. Jadi, kebenaran baru akan
dianggap tidak benar jika tidak sesuai dengan kebenaran yang selama ini
dianggap benar oleh ulama umum. Di samping dua kebenaran diatas, di dalam
filsafat dikenal juga kebenaran pragmatik. Dalam pandangan pragmatisme,
kebenaran adalah sesuatu yang bermanfaat (utility) dan mungkin dapat dikerjakan
(workability) dengan dampaknya yang memuaskan. Jadi, sesuatu akan dianggap tidak
benar jika kebenaran itu tidak tampak manfaatnya secara nyata dan sulit untuk
dikerjakan.
Sementara,
ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Oleh karena
itu, antara filsafat dan tasawuf sangat distingsif. Sebagai ilmu yang prosesnya
diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf sangat subjektif sifatnya, yaitu sangat
berkaitan dengan pengalaman seseorang. Resikonya, bahasa tasawuf sering tampak
aneh dilihat dari aspek rasio karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan.
Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh
kebenaran nya dan mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat
interpretable (dapat diinterpretasikan bermacam-macam).
Sebagian pakar mengatakan bahwa
metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau ilham atau inspirasi yang datang dari
Tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran
“Hudhuri”. Suatu kebenaran yang objeknya datang dari dalam diri subjek sehingga
dalam sains dikenal istilah objeknya swa-objek atau objeknya tidak objektif.
Ilmu seperti ini dalam sains dikenal dengan ilmu yang diketahui bersama atau
tacit knowledge bukan ilmu proposional.
Dalam pertumbuhannya, ilmu kalam
(teologi) berkembang menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Sementara
filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat. Sains berkembang menjadi sains
kealaman, sosial dan humaniora, sedangkan filsafat berkembang menjadi filsafat
klasik, pertengahan dan modern. Tasawuf berkembang menjadi tasawuf praktis dan
tasawuf teoritis.6
F. Hubungan antara
Ilmu Kalam dengan Filsafat
Keduannya sama-sama berupaya untuk
mengantarkan manusia memahami keberadaan Allah, sehingga bersedia melakukan
kebaikan dan meninggalkan keburukan. Upaya untuk melakukan kebaikan dan
meninggalkan keburukan itulah yang dapat mengantarkan manusia pada kesempurnaan
jiwa.
Dan dapat
disimpulkan bahwa, filsafat lebih bersifat teoritis, sementara tasawuf lebih
bersifat praktis. Artinya, antara filsafat islam dan tasawuf sama-sama berupaya
untuk mengantarkan manusia agar memahami keberadaan Allah. Filsafat sebagai
sarana teoritis yang dapat mengantarkan manusia kepada keyakinan praktis.
Keyakinan praktis inilah yang menjadi wilayah tasawuf. Jadi, tujuan belajar
filsafat islam adalah mencapai wilayah tasawuf.7
6 Rosihon Anwar.
Ilmu Kalam. Hal 53-55
7 Abdul Rozak, Filsafat Tasawuf. Hal 57
G. Hubungan antara
Ilmu Kalam dengan Ilmu Tasawuf
Kajian ilmu
kalam akan lebih terasa maknanya jika diisi dengan ilmu tasawuf. Sebaliknya, ilmu kalam pun dapat berfungsi
sebagai pengendali tasawuf. Jika ada teori-teori dalam ilmu tasawuf yang tidak
sesuai dengan kajian ilmu kalam tentang Tuhan yang didasarkan pada Al-Quran dan
Al-Hadis, hal ini mesti dibetulkan. Demikian terlihat hubungan timbal balik di
antara ilmu tasawuf dan ilmu kalam.8
8
Abdul Rozak, Filsafat Tasawuf.
Hal 83
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baik
ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf bertujuan sekurang-kurangnya berurusan
dengan hasil yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya mencari
kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya
menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia (yang belum
atau tidak dapat dijangkau ilmu pengetahuan karena diluar atau diatas
jangkauannya) atau tentang Tuhan. Sementara itu, ilmu tasawuf juga dengan
metodenya yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran berkaitan dengan
perjalanan spiritual menuju Tuhan.
Perbedaan
diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam,
sebagai ilmu yang menggunakan logika disamping argumentasi-argumentasi naqliah
untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, sangat tampak nilai-nilai
apologinya. Ilmu kalam pada dasarnya menggunakan metode dialektika (jadaliah)
dikenal juga dengan dialog keagamaan. Sebagai sebuah keagamaan, ilmu kalam
berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen
rasional. Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan
kebenaran, praktik dan pelaksanaan ajaran agama serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
B. Saran
Diharapkan
para mahasiswa dan umumnya pada kita semua, untuk mempelajari ilmu kalam,
tasawuf dan filsafat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan. Dan mengetahui
peranan tasawuf, filsafat dan ilmu kalam. Ketiganya sangat berperan penting
dalam bidang keilmuan dan sebagai wacana keislaman.
Oleh sebab
itu, kita sebaiknya mengetahui secara spesifik perbedaan dan persamaan antara
ketigannya. Agar kita, khususnya mahasiswa tidak salah mengartikan tentang ilmu
kalam, filsafat dan tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,
Rosihon dan Abdul Rozak. Ilmu Kalam.
Bandung: CV Pustaka Setia. 2012
Rozak, Abdul ,
Filsafat Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia. 2010
Sarwar,
H.G. Filsafat Al-Qur’an. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. Cet 4 1994
Sholihin,
M dan Rosyid Anwar. Akhlak Tasawuf.
Bandung: Penerbit Nuansa.Cet 1 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar